Sabtu, 07 Januari 2012

TULISAN 3

Tulisan 3 Teori Organisasi Umum

Kata Pengantar

           Dengan mengucapkan Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tulisan ini tepat pada waktunya. Adapun penyusunan tulisan ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas Teori Organisasi Umum kelas 2KA31 di Universitas Gunadarma.
             Saya selaku penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan saya sebagai penulis. Namun demikian, diharapkan agar tulisan ini dapat memenuhi syarat yang diperlukan. Oleh karena itu, saya sebagai penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca untuk lebih menyempurnakan tulisan ini.

Contoh perusahaan yang tidak berkembang atau bangkrut
      Tokyo - Raksasa maskapai penerbangan Asia, Japan Airlines (JAL) akhirnya memutuskan mendaftarkan kebangkrutan pada hari ini. JAL bangkrut dengan meninggalkan utang sebesar US$ 16 miliar. Menurut sumber-sumber yang dikutip detikFinance, Selasa (19/1/2010), manajemen sudah memutuskan untuk mendaftarkan kebangkrutan. Hingga saat ini belum ada keterangan resmi dari manajemen JAL mengenai status perusahaan transportasi udara dengan perolehan pendapatan terbesar di kawasan Asia tersebut. Namun rencana JAL mendaftarkan kebangkrutan telah diindikasikan sejak pekan lalu. Reuters melansir status kebangkrutan JAL akan didaftarkan antara pukul 08.00 GMT hingga 08.00 GMT atau 15.00 WIB hingga 15.30 WIB. Kebangkrutan JAL akan menjadi yang terbesar di Asia. Berdasarkan laporan keuangan JAL per 30 September 2009, posisi utang JAL tercatat sebesar 1,5 triliun yen, atau setara dengan US$ 16 miliar. JAL juga berencana melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) atas 15 ribu karyawannya atau sepertiga dari total karyawan JAL sebanyak 47 ribu karyawan. Harga saham JAL pun kini diperdagangkan pada harga 5 Yen. Sejak awal Januari 2010, harga saham JAL telah mengalami penurunan lebih dari 90%. Nilai kapitalisasi pasar JAL dengan harga saham terkini hanya sekitar US$ 150 juta, lebih rendah dari Croatia Airlines dan Jazeera Airways. Obligasi JAL juga diperdagangkan pada harga 27,8 cent dolar AS, anjlok tajam ketimbang posisi akhir bulan lalu di level 70 cent dolar AS. Kebangkrutan JAL akan membatalkan rencana pembelian 17 jet regional serta berpotensi menggugurkan kontrak berjangka bahan bakar senilai US$ 440 juta.

Bangkrut, Japan Airlines Siap PHK 15.600 Karyawan
Tokyo - Japan Airlines (JAL) akhirnya mendaftarkan perlindungan kebangkrutan. Maskapai penerbangan terbesar Asia itu selanjutnya akan mem-PHK sepertiga karyawannya atau sekitar 15.600 orang.Spekulasi kebangkrutan JAL memang sudah lama mencuat. Namun manajemen baru secara resmi memproses perlindungan kebangkrutan pada Selasa (19/1/2010) petang. Kebangkrutan JAL ini menjadi kasus kebangkrutan dalam sejarah perekonomian Jepang. Seperti dikutip dari AFP, JAL memperkirakan total utangnya sekitar 2 triliun yen atau sekitar US$ 22 miliar atau hampir sepertiga dari cadangan devisa Indonesia. Data berbeda disampaikan kantor berita Reuters, yang melansir utang JAL mencapai US$ 16 miliar. Pemerintah Jepang selanjutnya akan menginjeksikan sekitar US$ 3,3 miliar dana ke JAL dalam rangka proses pemulihannya. Saham JAL selanjutnya akan dihapuskan pencatatannya dari Tokyo Stock Exchange pada 20 Februari 2010. Saham JAL sudah merosot tajam sejak isu kebangkrutannya mencuat. Saham JAL sempat menyentuh hanya 3 yen, sekaligus menggerus nilai pasarnya menjadi sekitar US$ 90 juta atau kurang dari harga sebuah pesawat jumbo. Meski sedang memproses kebangkrutan, namun JAL memastikan operasional penerbangannya tidak akan terganggu. JAL tercatat terbang melintas 217 bandara di 35 negara. Pada tahun lalu, JAL mengangkut 53 juta penumpang, dimana 41 juta diantaranya adalah rute domestik. Semenjak terjadinya serangan teroris 11 September 2001 ditambah wabah SARS dan flu burung, maskapai penerbangan terus menderita kerugian. Termasuk JAL yang kemudian mencetak kerugian besar sehingga harus mendapatkan utangan dari pemerintah.

Kesimpulan
           Setiap pemimpin perusahaan tidak boleh bersikap egois dengan mementingkan diri sendiri karena di perusahaan yang bekerja tidak hanya satu atau dua orang saja tetapi ratusan bahkan ribuan sehingga jika seseorang pemimpin perusahaan bersikap egois dengan tidak mementingkan kesejahteraan bawahannya sehingga karyawan pun dapat mentotaliskan kerjanya untuk perusahaan sehingga perusahaan pun tidak akan mengalami kebangkrutan atau pailit. Bukan hanya didalam perusahaan saja tetapi factor eksternal seperti kerjasama dengan perusahaan lain itu sangat menguntungkan karena tanpa kerjasama yang baik maka perusahaan pun akan sulit untuk berkembang apalagi go public.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar